11/02/2016

Memories of UGoReach 2015

Jadi ceritanya saya pernah ikut kegiatan summer school di UTeM (Universiti Teknikal Malaysia Melaka). Sebenernya saya ikut program summer school ini sudah lama, waktu bulan Agustus 2015 kemarin. Tapi karena sepulang dari summer school itu saya sibuk nyekrispi, lho kok nyekrispi, ayam goreng dong (selera humormu, Ga... ikut-ikutan krispi juga). Jadi sepulang dari summer school itu saya sibuk nyekripsi dan hampir nggak ada waktu buat kamu nulis. Dan akhirnya sekarang ada waktu nulis, soalnya nganggur *font-nya mendadak kecil*
Awalnya saya mau nulis pengalaman saya ikut summer school ini yang dibagi per hari, tapi lama-lama kok saya sendiri yang capek dan itu banyak sekeles (((sekeles))) yang harus ditulis secara per hari ya. Sampai saya berencana membagi tulisan nanti pake part-part-an gitu deh, halah. Tapi karena alasan capek dan berat itu tadi akhirnya saya memutuskan disingkat saja tulisannya.

Summer school ini lebih pendek waktunya daripada student exchange. Saya bahkan dikira temen-temen bakal ngabisin satu semester di Malaysia. Hm, sepertinya mereka belum tahu perbedaan antara summer school dengan student exchange.
Jadi saya ikut program summer school dari UTeM yang bernama UGoReach 2015 ini selama 2 minggu.  Jadilah selama 2 minggu itu saya tinggal di Malaysia sebagai TKI. Meskipun hanya 2 minggu tapi ini merupakan salah satu pengalaman berharga bagi saya dan berikut adalah beberapa pengalaman saya waktu UGoReach:

Pertama kali ke luar negeri sendirian
Sebenernya ini adalah kali kedua saya pergi ke Malaysia. Kali pertama adalah saat saya Studi Ekskursi (SE) bareng temen-temen seangkatan, waktu itu hanya 3 hari 2 malam jadi kurang greget. Kali kedua ini pengalaman baru bagi saya karena saya tidak bareng-bareng riweuh satu angkatan, tapi saya pergi seorang diri (halah wes byasa dewean ae, Ga...). Selain pergi seorang diri, ini juga pertama kalinya saya tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama di negeri seberang sebagai TKI.

Pertama kali merasakan bagaimana transit >24 jam di bandara
Transit di bandara itu enak kalo fasilitasnya lengkap dan gratis kayak di Bandara Changi, Singapura. Inilah hal yang saya dapet dari merasakan bagaimana transit di bandara.
Jadi sewaktu berangkat saya masih harus transit dulu selama 3 jam di Bandara Changi sebelum melanjutkan penerbangan ke Malaysia. Saya tiba di sana kucluk-kucluk kayak anak alay. Sudah lama juga, terakhir saya berjumpa Bandara Changi tahun 2009. Waktu itu juga, saya belum sadar kalo Bandara Changi itu ternyata luas dan bersih sekali.
Waktu transit yang "hanya" 3 jam itu saya manfaatkan buat keliling Changi, nyari makan, wifi-an gratis (tinggal ke bagian informasi aja nanti dikasih password-nya, oh iya tunjukkan paspor kamu ya), dan tidur-tiduran di conveyor belt kursi santai yang ada banyak di Changi.
Berbeda dengan sewaktu saya pulang, yang saya harus transit dulu di Changi selama 19 jam sebelum melanjutkan penerbangan ke Surabaya. Ya begitulah kalo pengennya dapet tiket murah hehehe.
Waktu transit yang 19 jam itu sempet bikin mati gaya sih. Tapi ini bisa dimanfaatkan buat ikut tur gratis dari Changi buat yang punya waktu transit 5,5/6 jam. Jadilah saya ikut tur gratis selama 2,5 jam tersebut, waktu itu saya mengambil tur Heritage sore hari dan kebanyakan peserta tur ini adalah bule-bule berkaki panjang yang jalannya cepet banget.
Setelah ikut tur itu ngapain dong? Ya cari makan (laper habis ikut tur), setelah itu saya keliling Changi lagi tapi kali ini lebih mengeksplor (bahkan sampai pindah-pindah terminal naik Sky Train yang gratis itu), habis itu cuci muka, gosok gigi, terus tidur. Saya tidur di kursi-kursi yang panjang dan nyaman banget buat tidur (emang disediakan Changi), hanya yang nggak bikin nyaman adalah AC bandara yang entah kenapa semakin malam semakin dingin. Waktu saya mencari kursi malas buat tidur ini, saya kaget ternyata sudah penuh oleh orang-orang, bahkan ada yang bawa bantal dan selimut (nggak tanggung-tanggung itu selimut apa seprei...). Saya sama temen saya itu sampai menunggu agak lama biar kebagian kursi. Setelah kebagian kursi saya pun tidur dan bangun pagi harinya buat melanjutkan penerbangan setelah sebelumnya boker dulu.

sekalian mampir Singapura

Bertemu teman-teman asing 
Jadi ada 10 mahasiswa lain (selain saya dan Erlia, perwakilan ITS) yang ikut program ini ditambah 10 buddy friends dari UTeM.
Buddy friends ini ada Baim, Ray, Fahmi, Ira, Hazira, Soleh, Wan, Zaty, Nisa, dan Farah (yang terakhir ini gabut banget anaknya ups).
10 mahasiswa ini terdiri dari 2 mahasiswa dari Semarang yaitu Gilang dan Arif, 1 mahasiswa dari Jogja yaitu Dian (cowok lho ini), dan 1 mahasiswi dari Bandung (Tiara). Sisanya yaitu teman-teman dari Korea dan Turki, mereka adalah Soo Bin Lee atau Soo, Bin Hui Lee atau Bini, Kyoung Jin Kim atau Kim, dan Chung Jun Yeob atau Jun (Korea) serta Damla Turker atau Damla dan Muhammad atau Muhammad (Turki).
Ini kali pertamanya juga saya bertemu teman-teman dari negara lain dan bersama mereka dalam jangka waktu yang cukup lama. Saya awalnya mengira kalo saya bakalan susah bergabung dengan mereka. Ternyata itu tidak terbukti, mereka adalah teman-teman yang kuoplak banget, padahal baru kenal juga! Kita juga punya selera humor yang sama dan tidak jaim cenderung malu-maluin.
Saya ingat waktu itu kami main games di kamar Gilang dan Jun dan juga di kamar saya. Games yang kami mainkan games dari Korea yang sukses bikin kamar jadi berantakan dan gaduh padahal itu sudah lewat tengah malam! Selain games di kamar ini, kami juga main games sewaktu kita menginap di homestay. Saat games ternyata teman-teman Korea ini total dan liar sekali dalam bermain, seperti kalo kamu pernah liat di acara-acara reality show Running Man, persis sekali!
Saya ingat waktu itu setelah main games di kamar, teman-teman Korea mengajak kami lanjut ke swimming pool yang ada di hotel. Waktu itu saya sudah capek dan mau beres-beres kamar saja. Tapi saya tetep dipaksa bahkan diceburin Jun ke kolam renang dengan masih pake baju lengkap! Alhasil cucian saya tambah banyak hahaha.
Selain itu kami juga suka guyon receh dan ternyata ada cinlok-cinlokan gitu deh hihihi, bahkan sampai drama-drama-an nggak suka sama anak ini, anak itu. Waduh lama-lama kita bikin reality show ala-ala Big Brother bisa juga nih.

welfie pertama selama UGoReach, ayo tebak nama kami masing-masing
menjadi buruh mengunjungi Halal Hub (industri makanan halal di Malaysia)
berenang di swimming pool hotel, gratisss
renang setelah main games di kamar padahal udah jam 1 malem!
sempit-sempitan naik mobilnya Ray (ceritanya mau ke Jonker Street)
waktu di Jonker Street

Cerita makan
Kegiatan saya selama summer school ini kebanyakan adalah mangan (dan turu) selain mengikuti kegiatan-kegiatan summer school yang super padat. Selama di Malaysia, saya enak-enak saja makannya karena masakannya enak-enak juga. Beda bagi Arif dan Gilang yang bilang rasa masakan Malaysia aneh dan kurang cocok sama lidah mereka. Makanan favorit saya di Malaysia itu nasi lemak sama chicken chop, ini hawuenak tenan!
Jadi sarapan sama makan siang udah disediain dari UTeM, kadang prasmanan kadang dalam bentuk boks (karena kadang pas waktu sarapan sama makan siang itu lagi perjalanan pindah tempat, jadinya dikasih boks ya keles prasmanan di dalem bis).
Nah seringkali kita pas malam masih lapar walaupun sudah dikasih boks dari UTeM. Jadi pergilah kita keluar cari makan. Ada temen yang pernah cobain warung Malaysia di daerah situ, murah sih (kata mereka porsinya banyak kayak penyetan deket kampus), tapi... nggak ada rasanya.
Saya juga pernah diajak keluar naik mobil salah satu buddy friends buat nyobain Coconut Shake dan ini enaaaaak bangettt. Tapi itu kan cuma mimik-mimik aja kurang kenyang. Dan pilihan kita kalo lapar darurat tengah malam adalaaah... KFC *yailah jauh-jauh ke Malaysia ujung-unjungnya kaepci*. KFC dipilih karena kebanyakan dari anak-anak UGoReach cocok sama rasanya dan pilihannya banyak. Jadilah KFC ini tempat nongkrong anak UGoReach hampir tiap malam biarpun jaraknya jauh banget dari hotel.
Saya ingat waktu itu pernah ke sana waktu jam makan malam orang-orang Malaysia dan begitu masuk KFC antriannya emboookkk panjang gila, tapi karena lapar banget saya tetap antri sama Jun. Ada pengalaman menarik di KFC ini, jadi waktu itu saya dan teman-teman Indonesia (Malaysia juga) lainnya kan biasa ya makan pake tangan sambil lahap makannya sampai temen-temen Korea speechless. Kemudian kami pun mengajari mereka makan pake tangan, muluk gitu. Jun sampai bilang,"I think this is really fun but it is so hard!". Sulit gimana sih, wong gampang gini, menurut saya yang lebih sulit itu belajar bahasa Korea (ora takok, Ga *dikeplak rame-rame*).
Cerita lainnya yaitu saat kami semua sudah selesai makan. Saya dan teman-teman Indonesia (Malaysia juga) begitu selesai kan biasanya sisa-sisa makan ditinggal begitu saja di meja, tapi beda dengan teman-teman Korea yang langsung membawa nampan mereka ke tempat sampah terus mengembalikan nampan mereka ke kasir. Wah saya salut sama mereka, budaya bersihnya bagus sekali *jadi malu*.


waktu makan di UTeM

waktu makan di homestay

Jangan pernah ikut river cruise di siang hari
Waktu itu hari pertama setelah game dan makan siang, kami pun dibawa ke Melaka River Cruise untuk melihat-lihat permukiman Melaka sambil menyusuri sungai. Bangunan-bangunan di Melaka ini cantik-cantik perpaduan arsitek Peranakan dan Eropa, tak heran Melaka pun menjadi salah satu World Heritage-nya UNESCO.
Di kapal ada pemandu yang siap menerangkan lewat speaker tapi nggak ada orangnya alias diputer lewat kaset gitu. Pemandu ini bisa dua bahasa, Inggris dan Melayu, keren sekali.
Saya mikir river cruise ini bagus apabila kamu naiknya malam hari saja saat lampu-lampu bangunan dinyalakan pasti sangat cantik. Tidak kayak saya sekarang saat matahari panas-panase kenthang-kenthang. Siang-siang panas-panas begini ditambah sepoi-sepoi angin dari kapal membuat mata saya mengantuk. Bangunan-bangunan cantik di sisi sungai tidak membantu, mata saya berat. Saya melihat sekeliling kapal eh ternyata yang lain juga ngantuk kriyip-kriyip, bahkan ada yang sudah pulas.
Kasak kusuknya, teman-teman pun mengakui kalo river cruise ini sangat membosankan sekali dan masuk ke acara paling nggak jelas dalam UGoReach.

bersiap tidur eh river cruise

Potong rambut di Malaysia
Apa bedanya potong rambut di Malaysia dengan di Indonesia?
Jadi ceritanya waktu berangkat ke Malaysia itu rambut saya itu udah panjang, bukan panjang yang gondrong gitu tapi panjang yang cukup risih. Sampai hari kelima saya sudah tidak tahan lagi dan pengen potong rambut. Awalnya saya mau potong di potong rambut India deket hotel sama Arif dan Gilang, tapi kami pun mengurungkan niat itu karena takut nanti nggak cocok. Akhirnya saya tanya ke Baim, salah satu buddy friends, potong rambut yang bagus dimana. Saya pun dikasih tahu buat digoreng, eh maksudnya dikasih tahu ada yang lumayan deket asramanya.
Sepulang dari acara hari itu yaitu keliling Kuala Lumpur dan Putra Jaya, saya ditemani Baim dari bis langsung turun di asramanya Baim. Ternyata abang potong rambutnya pake Bahasa Melayu guys (ya iyalah yaaa), abangnya juga bilang kalo dia suka pesen pomade ke Bandung. Saya jadi takut kalo potongannya salah tidak sesuai dengan keinginan gara-gara masalah bahasa, tapi untunglah ada Baim. Selesai potong rambut ternyata hasilnya bagus dan kekinian banget. Besoknya potongan rambut saya dipuji-puji temen-temen UGoReach katanya saya terlihat fresh *gaya*.

waktu di Putrajaya
the girls

Well, sebenernya masih ada banyak lagi pengalaman saya selama UGoReach, tapi saya capek ngetiknya, halah. Akhirnya tulisan pengalaman selama UGoReach jadi part-part-an juga (dasar tidak konsisten kau Alga!). Nanti kalo saya udah nggak males lanjut lagi ya ceritanya.

12/04/2015

The World Is A Book

Siapa sih, yang tidak suka membaca? Kalau tidak suka membaca ya masalah lo! *galak*
Membaca adalah salah satu kegiatan favorit saya.

Awal mula ketertarikan saya dengan membaca mungkin karena dari kecil saya dicekoki Bapak dengan buku-buku (dan juga komik), mulai dari karangannya Enid Blyton, Kumpulan Cerpen-nya Bobo, Misteri Nenek Kunci karangan Yuusuke Teshima (baca buku ini bikin ngiler karena si Nenek suka masak) dan serial Lupus. Saya juga pernah dibelikan Bapak buku Animorph, itu lho yang cover-nya manusia bertransformasi jadi hewan-hewan aneh. Tapi karena menurut saya ceritanya tidak menarik, akhirnya Bapak tidak membelikan buku itu lagi (kasihan juga Bapak sudah mbeliin nggak dibaca, maafkeun).

Beranjak SMP saya mengenal novel-novel teenlit yang super cheesy dan bayangkan buku-buku itu ada di perpustakaan sekolah saya. Pokoknya waktu itu teenlit is da bomb. Pengarang novel teenlit yang saya suka waktu itu adalah Meg Cabot. Waktu SMP saya juga suka membaca Goosebumps.

SMA saya diperkenalkan dengan karya sastra. Waktu itu saya diperkenalkan teman dengan buku-bukunya Djenar Maesa Ayu yang sebagian besar bercerita tentang seorang perempuan yang kuat.

Sampai sekarang sudah tidak tahu berapa banyak buku yang saya baca. Namun dari buku-buku itu tentu saya punya favorit. Beberapa buku di bawah adalah buku favorit saya yang pernah saya baca (in not particular order):

Eat, Pray, Love
Buku ini menceritakan pengalaman seorang wanita keliling dunia to eat, to pray, and to find love. Di Di Itali, Liz menyibukkan diri dengan makanan-makanan Italia untuk mencari kebahagiaan. Di India, Liz berdoa untuk berdamai dengan masa lalunya. Di Indonesia, negara terakhir, Liz berusaha untuk menyeimbangkan kembali hidupnya.
Saya paling suka pada bagian eat, of course. Selain disuguhkan makanan-makanan Italia di sini juga saya mengerti bagaimana kita menjadi bahagia just for the sake of being happy, because happiness is not what you choose, happiness is only a matter about your attitude towards it. Liz akhirnya benar-benar menenggelamkan dirinya dalam kebahagiaan tanpa takut merasa bersalah, dan akhirnya Liz merasa bebas dari depresi yang selama ini membelenggunya setelah perceraiannya.

“We search for happiness everywhere, but we are like Tolstoy's fabled beggar who spent his life sitting on a pot of gold, under him the whole time. Your treasure--your perfection--is within you already. But to claim it, you must leave the buy commotion of the mind and abandon the desires of the ego and enter into the silence of the heart.” 

Hal lain yang saya suka dalam buku ini membahas mengenai bagaimana kita bisa berdamai dengan masa lalu, bagaimana membangun hubungan dengan Tuhan, dan tentunya to find love.

"If you brave enough to leave behind everything familiar and comforting, which can be anything from your house till the bitter old resentment, and set out on the truth seeking journey either externally or internally, and if you have truly willing to regard everything that happens to you on that journey as a clue, and if you accept everyone you meet along the way as the teacher, and if you have prepared, most of all, to face and forgive some very difficult realities about yourself....then the truth will not be withheld from you".


Harry Potter
Siapa, sih, yang tidak tahu Harry Potter unless you're living in a cave or hiding under rock. Harry Potter bercerita tentang, ah sudahlah kalian pasti sudah tahu.
Jadi kenapa Harry Potter masuk dalam favorit saya? Harry Potter saya baca waktu saya masih SMP dan saya waktu itu tidak begitu punya banyak teman. Kemudian saya dikenalkan dengan dunia sihir J.K. Rowling dan Harry Potter semacam tempat pelarian saat saya kesepian waktu itu. Saya sampai membawa buku ini kemana-mana, saya bahkan tidak berpikir betapa beratnya buku ini dalam tas saya. Saya pun akhirnya berkenalan dengan beberapa anak gara-gara kami sama-sama suka Harry Potter.
Tentunya ada beberapa karakter favorit di Harry Potter ini, but I feel most related to Luna Lovegood because she showed me that even when people saw and teased her as a weirdo she gave no shits about it and stayed positive while still being nice to them. One way or another Luna "helped" me getting through my hard times back then.
Keren deh pokoknya J.K. Rowling ini, nggak heran banyak orang yang juga merasa Harry Potter ini somehow merubah hidup mereka.



Traveler's Tale
Buku pertama tentang traveling yang pernah saya baca. Jadi cerita dalam buku ini adalah ada empat sahabat dari masa SMA yang telah beranjak dewasa dan menjalani kehidupannya di masing-masing negara tempat mereka bekerja. Namun semua itu berubah ketika salah seorang sahabat mengirimi yang lain undangan pernikahannya di Barcelona, Spanyol, masalah tambah runyam akibat adanya hubungan antar mereka yang ternyata belum selesai dari masa SMA. Masing-masing dari mereka pun berangkat dengan misi mencari jawaban atas semua pertanyaan yang tersimpan dari mereka SMA.
Buku ini favorit saya karena berhasil menggabungkan tema traveling dan romance. Keempat penulis yang ada dalam buku ini (Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya, Iman Hidajat) berusaha membuat kisah yang berbeda dan sejalan dengan tema utama buku ini yaitu traveling.

The Naked Traveler
Buku ini juga favorit saya karena membahas tentang pengalaman Trinity selama traveling ke berbagai tempat. Gaya bahasa yang asik dan ringan membuat kita betah membaca travel journal Mbak T.
Pertama kali saya baca buku ini yaitu waktu saya SMA dan waktu itu baru ada buku TNT yang pertama yang masih ber-cover biru. Saya ambil buku ini dari rak buku di Gramedia dan tertarik setelah membaca sinopsis yang ada di belakang buku. Waktu itu juga buku ini belum begitu booming seperti saat ini, yang sudah terbit hingga berseri-seri dan juga waktu itu buku-buku tentang traveling masih sangat sedikit. Salut, deh, sama penulisnya yang menjadi pelopor buku traveling.


buku pertama

Have A Sip Of Margarita: Love, Life, Journey, After Orchard, dan Excuse Moi
Kalian pasti belum begitu familiar dengan nama Margarita Astaman, kalau sudah pasti kalian setidaknya pernah membaca salah satu bukunya.
Jadi Have A Sip Of Margarita itu buku pertama yang saya baca dari Margarita Astaman. Saya membaca buku ini dari seorang teman waktu SMA. Cerita di buku-buku Mbak Margie ini witty dan blak-blakan. Hal yang sama juga ditemukan di buku After Orchard dan Excuse Moi.
After Orchard saya beli setelah saya suka dengan buku Have A Sip Of Margarita. Buku ini menceritakan pengalaman Mbak Margie selama menjadi mahasiswa Singapura di NTU dan realita menjadi seorang Singapura yang selama ini tertutup oleh kabut utopia negara tersebut. Sedangkan Excuse Moi bercerita tentang pengalaman Mbak Margie mengenai hal-hal yang terjadi pada dirinya hanya karena identitasnya sebagai seorang keturunan Cina.
Membaca tulisan Margarita Astaman seperti minum margarita, kecut, pedas, tapi segar dan manis.

Totto-Chan & Totto-Chan's Children
Saya disarankan membaca buku ini sebenarnya sudah lama yaitu oleh guru Bahasa Inggris waktu di SMA. Tapi saya baru membacanya waktu kuliah, di semester 6 lagi, telat banget ye.
Buku ini menceritakan the innocence of a little girl, Totto-chan, dengan hal-hal di sekitarnya. Dalam buku ini menceritakan tentang sistem pendidikan Tomo Gakuen yang berbeda dan menimbulkan pertanyaan kenapa sistem yang sama nggak diterapkan di sekolah-sekolah?
Sedangkan buku Totto-Chan's Children bercerita tentang pengalaman Tetsuko Kuroyanagi selama menjadi Duta Kemanusiaan untuk UNICEF. Beliau berkeliling dunia melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi di tiap daerah dan bertemu dengan anak-anak yang terkena dampak dari permasalahan tersebut.
Buku ini favorit saya karena mengingatkan tentang kepolosan menjadi anak kecil lagi.



To Kill A Mocking Bird
Buku lain yang membahas tentang the innocence of a little girl, Jem. Buku ini membahas bagaimana rasisme bukanlah hal yang dimiliki seorang manusia dari kecil, rasisme tumbuh karena lingkungan di sekitarnya. Buku ini bagus sekali karena jalan ceritanya yang sangat kuat ditambah karakter-karakter yang mudah membuat kita jatuh cinta.

"Shoot all the blue jays you want, if you can hit 'em, but remember it's a sin to kill a mockingbird." That was the only time I ever heard Atticus say it was a sin to do something, and I asked Miss Maudie about it. "Your father's right," she said. "Mockingbirds don't do one thing except make music for us to enjoy."

Saya bisa bilang jika Harper Lee adalah one badass writer karena beliau berhasil men-tackle isu rasisme lewat sudut pandang anak kecil. Tidak heran jika buku ini menjadi karya literatur yang paling banyak dibaca.



The Winner Stands Alone
Buku karangan Paulo Coelho ini buku favorit saya karena jalan cerita yang unik.
Buku ini berlatar Festival Film Cannes di Perancis dan menceritakan masa lalu karakter-karakter yang ada di dalamnya yang menjadi alasan terjadinya konflik utama dalam buku. Igor, tokoh utama yang seorang milyuner dari Rusia; Hamid, fashion magnate dari Timur Tengah; Gabriella, aktris yang berjuang untuk mendapatkan peran utama; Savoy, detektif yang ambisius; Jasmine, model yang tengah bersinar; dan Ewa, mantan istri Igor yang sekarang berhubungan dengan Hamid.
Diceritakan penuh ketegangan dalam periode waktu 24 jam membuat buku ini berbeda dari buku-buku yang pernah saya baca.

Rectoverso
Buku karangan Dewi Lestari yang merupakan kumpulan narasi-narasi dari tiap lagu di albumnya. Saya suka buku ini karena Dewi Lestari mampu membawa perasaan pembaca hanyut dalam kisah yang terjalin dalam setiap narasi. Favorit saya adalah Firasat, Malaikat Juga Tahu, Hanya Isyarat, dan Back To Heaven's Light. Jujur saya sebenarnya suka semua narasi yang ada di Rectoverso ini apalagi pemilihan kata Dee yang cemerlang dan jernih. Aaa... Dee, i want to thank you for writing this book.

Jadi itu dia beberapa buku-buku favorit saya, mungkin seiring berjalannya waktu daftar ini akan bertambah dan mungkin akan ada part 1, part 2.
Saya sangat suka membaca dan saya harap kamu mengerti obsesi saya dengan buku.

saran

24/03/2015

Photo Session - The Prayer Lover

THE PRAYER LOVER
9/1/2010
  








A little throwback to my first photo session.

Model:
Nastitie Kusuma A./@NastitieKusuma
Valencia Dea/@monicadea

Location:
Lapangan Arseto, Solo