01/11/2013

The Crowd

Hari Jumat.
Biasanya hari Jumat itu bagi saya adalah hari yang pendek. Biasanya juga di hari Jumat juga saya ada ibadah khusus yang dinamakan Jumat'an dimana setiap Jumat'an biasanya ada satu khotib yang menyampaikan dua khotbahnya. Dan biasanya juga saya ngantuk-ngantuk kepanasan sambil mendengarkan beliau berkhotbah di mimbar. Duh, jangan dicontoh ya.
Tapi hari Jumat ini berbeda. Saya tidak mengantuk seperti biasanya. Khotbah kali ini berbeda, saya tertarik untuk mendengarkannya. Salah satu bab khotbah yang saat itu saya ingat terus, dan sangat menarik bagi saya:

Alkisah hidup satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya yang masih kecil. Mereka hidup berkecukupan dan tentram-tentram saja.
Lalu pada suatu hari, datang orang-orang berbondong-bondong berlari mengejar sesuatu ke arah yang sama. Tanya sang ibu kepada mereka, "Kenapa kalian semua berlari?" Salah seorang menjawab,"Saya tidak tahu, saya hanya mengikuti semua orang ini. Mungkin ada sesuatu yang hebat yang dikejar-kejar orang-orang ini. Entah undian berhadiah, entah gunung emas saya tidak tahu. Saya hanya mengikuti orang-orang ini."
Sang ibu dengan ambisinya kemudian mengajak suami dan anaknya. "Ayah, ayo kita ikut berlari dengan mereka. Siapa tahu ada sesuatu yang hebat di sana." Sang ayah pun keberatan,"Untuk apa Ibu. Kita sudah hidup berkecukupan di sini. Tak perlulah kita ikut berlari mengejar sesuatu yang semua orang ikut mengejarnya." Tapi sang ibu memaksa mereka semua. Diseretnya anaknya yang masih kecil dan suaminya untuk ikut berlari dengan rombongan orang-orang itu. Anaknya merengek-rengek untuk tidak ikut berlari di keramaian orang. Tapi sang ibu terus memaksa mereka hingga akhirnya sang ibu tersandung batu di jalan. Rombongan orang-orang yang tak peduli dengan itu terus berlari.
Sang ayah pun menolong istrinya. Sang ayah berkata sambil tersengal-sengal,"Sudahlah Bu. Berhentilah. Jangan mengikuti orang-orang itu berlari. Kita sudah punya hidup kita yang berkecukupan. Sebenarnya apa yang mereka kejar? Apa sih sebenarnya yang Ibu kejar?"

Dan khotbah itu pun berakhir. Ternyata khotib menyampaikan cerita itu sebagai penutup khotbah hari itu sekaligus perenungan untuk kita semua para jamaah.

Saya pun berpikir, terkadang saya pernah ikut berlari bersama rombongan. Saya saat itu berpikir jika ini adalah apa yang teman-teman kejar, pasti ini adalah yang terbaik dan jalur yang teraman untuk saya juga. Buktinya semua orang ikut berlari ke arah yang sama.

Saya juga pernah mendengar sebuah pepatah yang mengatakan don't follow the crowd, you might get lost. go follow your own way. Sebenarnya saya sendiri punya tujuan sendiri yang menjadi fokus saya. Saya hanya takut menghadapi resiko yang akan datang apabila saya fokus terhadap tujuan saya yang berbeda dari tujuan teman-teman saya. Akhirnya saya pun ikut berlari bersama rombongan, melupakan fokus saya. Saya takut berlari mengejar tujuan saya. Saya merasa insecure dengan tujuan saya. Saya memilih jalur yang yang aman. Jalur yang semua orang ada di sana.

Setelah mendengar khotbah hari Jumat, suara sang ayah yang tersengal-sengal terus terngiang-ngiang di pikiran saya. "Apa sebenarnya yang kamu kejar, Ga?"