Sudah hampir 3 semester aku
kuliah di ITS. Hampir 2 tahun juga, gak kerasa time flies so fast. Padahal
kayak baru kemarin jadi maba yang lagi dikader terus diangkat. Lama-lama betah
juga di sini, apalagi di PWK. Malah kadang males pulang ke Solo karena saking
betahnya di sini hihihi. Kecuali kalau udah bener-bener homesick akut. Tenang saja, selalu saja ada alasan untuk pulang
kok.
Saat aku selalu ditanya entah
siapapun itu, teman, orangtuanya teman, bahkan orang baru kenal “Kenapa kok
milih di Surabaya?” aku selalu bingung mau menjawab apa. Teman-temanku
mayoritas melanjutkan pendidikannya di Jawa Tengah, Yogyakarta bahkan ke
Jakarta atau Bandung. Kata orang “Ngapain di Surabaya? Di Solo, Jogja kan ada
universitas juga. Jauh banget di Surabaya.” Saat itu aku hanya bisa membatin
“Jakarta, Bandung kan juga jauh lebih jauh daripada Solo-Surabaya malah.” Tapi
daripada aku jadi nggak sopan kalau jawab gitu aku cuma menjawab kalau di ITS
itu jurusannya lebih lengkap, lebih bagus, lebih murah dan bla bla bla… Sebenernya
aku yakin orang-orang yang menanyaiku waktu itu pasti agak nggak puas dengan
jawabanku. Banyak juga universitas yang lebih lengkap, lebih bagus, lebih murah
yang bukan di Surabaya. Yah aku bisa apa.
Tapi satu hal yang pasti,
pertanyaan itu selalu membuatku berpikir “Kenapa milih Surabaya?” “Kenapa, Ga?”
“Gak takut nggak punya temen di sana?” “Temen-temenmu lho dikit yang ada di
sana…” Well, pikirku cuma satu. Kalau hidup hanya dihabiskan di satu tempat
saja, bakal sia-sia.
Banyak tempat di
dunia ini yang belum dikunjugi dengan segala keajaibannya. Jadi aku
memberanikan diri untuk
settled down lebih
jauh dari rumah. Seperti apa sih rasanya jauh dari rumah itu. Jauh dari zona
nyaman itu sendiri. Pertama, emang sih aku nggak nyaman dengan semua perubahan
drastis itu semua bahkan sampai salah seorang teman menulis di
blognya tentang perasaan nggak nyaman yang sempet aku alamin. Tapi semakin kesini, kok semakin betah di sini. Seperti nggak
bisa nggak nghabisin satu hari tanpa mereka semua *ceileh*. Tapi bener deh,
mereka semua itu udah seperti candu. Kemana-mana bareng, pergi bareng, sampai
ngerjain tugas pun bareng. Lengket banget. Mungkin itu ya yang disebut
keluarga? Aku nggak tahu, tapi yang pasti di setiap suasana terburuk, ter-
absurd ada mereka di sekitarku saja aku
bisa merasa nyaman. Selalu ada tempat bagi mereka yang mau mencari. Dan aku
selalu mencari hal itu. Hal yang bisa membuatku nyaman. Di ‘rumah’.
Aku percaya rumah adalah tempat
di mana hati itu berada. Aku tahu meskipun ‘rumah’ itu terkadang gonjang-ganjing
dengan segala keterbatasannya, selalu ada alasan untuk kembali ke ‘rumah’.
Selalu ada. Aku juga percaya kepergianku sejauh ini tidak sia-sia. Buktinya,
kepergianku ini membawaku ke ‘rumah’ yang lain. Ya, PWK.
|
keluarga baru di sini |